"Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi."
(Penggalan QS. Ar Ra'd : 17)

Sabar Sebagai Puncak Kenikmatan Yang Hakiki


Siapkan seribu alasan untuk berhusnudzan dalam menghadapi ujian, sehingga kamu merasakan kenikmatan yang hakiki adalah buah dari kesabaran.
- Anita Sari Sukardi

Beberapa dekade ini secara tidak langsung, Allah mengajarkanku betapa berartinya sikap sabar dan hasil dari buah kesabaran merupakan nikmat yang hakiki.


Sabar itu tidak datang dari langit, karena sabar itu harus diperjuangkan.

Rasanya jika buah kesabaran itu adalah kenikmatan yang hakiki, maka menjalaninya pasti tidak mudah. Namanya juga ujian ya kan. Lalu apakah sabar itu harus melulu dengan ujian hidup yang selalu menderita? Tidak. Justru kesabaran ini menaungi kita dalam berbagai keadaan hidup. Entah senang ataupun susah. Sabar berkolaborasi dengan menahan diri, ikhlas, dan tawakal.

Apa yang kita niatkan dari awal ketika memutuskan suatu hal, maka jadikanlah itu sebagai penguat dalam kesabaran. Kalaulah kita kehabisan dalam bersabar, maka ingatlah bahwa kita punya seribu alasan untuk berhusnudzan. Jangan mengeluh atau mengutuki apa maunya Allah. Allah pasti punya rencana yang baik untuk kita. Bersyukurlah.

Jika boleh aku meminta, "Allah jadikan kesabaran menjadi salah satu akhlak yang akan membawaku ke pintu surga-Mu"

Tertanda aku yang sedang berjuang, belajar tentang arti sabar, bersabar dengan keadaan, bersabar dengan semua yang aku punya, bersabar dengan masa depan yang masih tanda tanya, dan tentu saja bersabar dengan berbagai macam perasaan.


Jakarta, 29 Januari 2018 | ©www.anitasarisukardi.com
Image Source: Personal Album
  

Ketakutan



Udara pagi begitu menusuk hari ini. Mengingat beberapa kejadian belakangan ini yang terasa begitu berat. Saat ini nyaris 7kg berat badanku berkurang.

Bagaimana aku bisa percaya, jika dirimu saja tak mau berusaha mengusahakan menjaga perasaan seseorang? Lalu bagaimana aku nanti? Apakah denganmu surga menjadi semakin terasa dekat? Sedang air mata begitu sering jatuh. 

***

Di saat hati remuk, bersyukur otakku yang masih bekerja dengan waras memberiku pesan, "Ini hanyalah bagian cara Allah akan memuliakanmu. Failed or success bergantung caramu menyelesaikannya".

Sejujurnya di dunia ini tak pernah ada seorang pun yang menginginkan kesedihan, ketidaknyamanan, kekurangan. Hei tapi ingat ini adalah dunia, tempat di mana kita menanam semua hal yang nantinya akan kita panen di akhirat. Kita bergulat dengan berbagai macam cara pandang, yang tentunya kita sendiri tak tahu sejauh mana cara pandang itu.

Bagi kita yang paham betul dengan sifat dasar manusia lagaknya harus lebih bersikap dewasa, lebih toleran. Lantas bagaimana ternyata kebaikan kita, semua hal yang sudah kita usahakan ternyata sia-sia? Terkhianati? Entahlah, percaya saja bahwa Tuhan akan memberikan ganti yang terbaik pada akhirnya. Semua hal ini hanya skenario ujian.

Berkomitmen berarti saling memantaskan, bukan saling melengkapi. Kuatlah terlebih dahulu, karena jika ia pergi duniamu tak akan pernah runtuh dan kamu tak akan pernah terpuruk.

Masing-masing individu punya air mata kisahnya sendiri. Mungkin kamu akan cemburu dengan kisah orang lain yang tak seindah kisahmu. Ketika berat bagimu berkata, cukuplah Tuhan menjadi tempat sandaranmu dan pelabuhan terakhirmu.


Jakarta, 25 Januari 2018 | ©www.anitasarisukardi.com
Image Source: Personal Album


Memulai Lagi Berjuang Lagi, Hai 2018


Allah selalu membuka pintu maafnya sampai hembusan nafas terakhir anak adam.
(Anita Sari Sukardi)


Tulisan ini bukan berarti karna aku ikut euforia 'Tahun Baru', bagiku setiap hari dan setiap hembusan nafas adalah adalah kesempatan. Kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah.

Satu tahun terlewat, banyak suka duka serta banyak pula target yang tidak tercapai. Sedih! But, i'm not the typical of person who easy to down. Hidup harus semangat. Mencari bekal pulang harus semangat bukan? Yah meskipun jauh dari kata sempurna, bahkan terlalu banyak dosa sepertinya.

Beberapa waktu belakangan ini aku begitu menyibukkan diri. Alih-alih ternyata berat badanku sukses turun hampir 5 kg. Bahagia? Iyalah. Yah meskipun dibilang udah terlalu kecil, tapi menurut gue dengan badan yang kecil justru membuat gue melangkah lebih ringan serta tidak merepotkan orang lain. Selain itu gue ga bakal kerepotan karna memilih baju kebesaran, ga kerepotan ga dapet kursi di mobil, ga kerepotan juga kalau makanan sudah pada habis. Toh perut gue kecil jadi nyemil dikit kenyang. Alhamdulillah.

Sejujurnya gue emang sengaja sih makan ga terlalu banyak, demi mengikuti ajaran baginda Rasulullah. Beliau mengajarkan pada gue bahwa kalau makan itu jangan sampe perut kenyang, selain itu menjaga body. Beliau not fat anyway. Beliau ganteng, beliau sexy dan tentunya perfect. Karna itulah gue juga ga mau jadi gendut.

Lantas apa yang saya kerjakan? Sebenarnya tidak yang begitu berat. Mungkin lebih ke otak yang bekerja terlalu capek. Yang jelas, apa yang saya usahakan semoga menjadi keberkahan dunia dan akhirat.

Di tahun ini semoga Allah memampukan saya untuk menyelesaikan segala ujian ini, kemudian berlanjut ke ujian berikutnya. Semoga saya menjadi istri yang diidam-idamkan suami serta keluarganya, menjadi lebih berbakti kepada orang tua, berpenghasilan dan jabatan lebih baik, lulus tahun ini,  bisa mengajar lagi, bisa melanjutkan bisnis, bisa jalan-jalan keliling indonesia, bisa melanjutkan studi tanpa halangan and last but forever semoga saya bisa semakin lebih taat kepada Allah, ndak bandel, nggak ngeyel, ga males baca buku and else yang panjang banget kalau dirunut. Amin.


Jakarta, 10 Januari 2018 | ©www.anitasarisukardi.com
Image Source: Personal Album

Teriak Saja


Sabar, syukur. Karena Allah tahu yang kita butuhkan. Karena Allah lebih tahu tujuannya menguji kita untuk apa.

Jadi gue boleh teriak ga?
Gue boleh lari engga?

Jangan lari, karena lari tak akan menyelesaikan masalah. Mungkin beberapa hal yang kita rasa benar-benar merusak jiwa dan raga. Hal tersebut terlihat misalnya secara drastis berat badan yang turun, atau sulit sekali bagi kita untuk fokus terhadap suatu hal.

Di dunia ini pasti bukan hanya gue yang punya masalah, bukan hanya gue yang selalu berpandangan lurus-lurus saja. Nyatanya dunia lebih kejam dan lebih mencekam. Ketika visual lebih membunuh, ketika tamparan tak ubahnya seperti gigitan nyamuk. Semuanya boom. Meledak sudah.

Di hidup gue banyak hal yang tak adil dari perlakuan orang tua. Maybe beberapa orang di dunia ini juga merasakan yang sama. Menjadi korban masalah orang tua, yang dikait-kaitkan dengan hal lain yang begitu menyesakkan.

Hidup ga simpel guys, kalau hidup serius maka mungkin saja ga ada Surga dan Neraka.

Yang tahu masalah kita itu cuma kita, orang lain ga akan pernah tahu dan ga akan pernah merasa.

Sudahlah, merendah saja. Turunkan egomu 1 mili saja. Merendah tidak akan membuat kita rendah di sisi Allah kok.

Jadi solusinya apa?
Ambil air, berwudhu. Gelar sajadahmu. Tundukkan kepalamu.

Jakarta, 4 Desember 2017 | ©www.anitasarisukardi.com
Image Source: Unknown