Sembilan bulan sudah saya menyandang status seorang "Istri". Sejak bulan Mei, saya sudah berada di Bandung meninggalkan hiruk pikuk kota Jakarta. Kota yang lebih mendewasakanku.
Betul kata orang-orang, bahwa kehidupan rumah tangga akan jauh berbeda ketika masih lajang. Berumah tangga selain harus siap dengan hadirnya pasangan, harus siap juga dengan peran orang tua.
***
Ijinkan menceritakan kisah hidup saya yang ke-sekian kalinya. Semenjak saya serumah dengan suami, saya dan suami hidup dengan sederhana. Tempat tinggal kami tidak seperti pasangan yang lain yang sudah mempunyai rumah sendiri dan isi rumah yang lengkap. Tak ada sofa untuk tamu, kulkas, mesin cuci dan tentunya barang-barang lain yang umumnya ditemukan di rumah orang lain. Meskipun banyak beberapa hal yang kurang dalam rumah kami, kami tidak merasa kekurangan itu sebagai beban dan penghambat aktivitas kami sehari-hari.
Rumah kami melewati jalan besar yang di pinggir jalannya terdapat banyak pertokoan. Ada salah satu toko yang memajang sebuah lemari es. Ada rasa untuk memiliki benda itu di dalam hati. Karena beberapa kejadian yang membuatku sedikit miris, apalagi insyaallah kami akan mempunyai anak pertama. Namun apa daya, karena kami merasa benda itu belum menjadi prioritas UTAMA kami, maka saya memilih bersabar sembari selalu bersholawat.
Tiap kami bepergian melintasi toko itu, sembari memandang benda itu saya bersholawat. Selalu. Selalu. Dan selalu.
اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Percaya atau tidak. Alhamdulillah. Bebeberapa hari lalu, datanglah benda itu ke rumah kami. Allah memberikan hadiah itu untuk kami. Di saat tak ada tempat bagiku untuk berkeluh kesah dan meminta (karena saya malu, dan saya bukan pengemis), maka hanya kepada Allah lah satu-satunya tempatku berharap dan meminta.
Bandung, 6 November 2018 | ©www.anitasarisukardi.com
Image Source: Google
Image Source: Google
0 komentar :
Posting Komentar